Sikapi Isu Kudeta Demokrat PDIP Nahan Diri, PKS Berdoa
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tak mau ikut-ikutan dalam konflik yang terjadi di internal Partai Demokrat meski sempat ikut disebut-sebut.
“Biarlah Partai Demokrat di dewasakan oleh dinamika internalnya,” ungkap Ketua DPP PDIP, Hendrawan Supratikno melalui keterangan kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Nama PDIP ikut disebut-sebut dalam keterangan resmi yang disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat, Teuku Riefky Hasya, terkait Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPKPD) dalam melalui video berdurasi 11,11 menit. Dia mencontohkan, pelaksanaan Kongres Luar Biasa Partai Demokrasi Indonesia (KLB PDI) di Medan pada 22 Juni 1996, di mana kubu Suryadi berhasil menurunkan dan mengganti Megawati Soekarnoputri sebagai pimpinan PDI.
KLB PDI itu bukan hanya permasalahan internal PDI atau konflik antara kubu Megawati dan Suryadi, tapi ada campur tangan dan pelibatan pihak eksternal. Dalam hal ini, elemen pemerintah.
Menanggapi hal itu, Hendrawan tetap tidak ingin terlibat dalam urusan partai lain. “Kami menahan diri untuk tidak mengurusi atau ikut campur urusan rumah tangga partai lain,” elaknya.
Bagi PDIP, kata Hendrawan, Partai Demokrat adalah mitra kontestasi dalam demokrasi di Indonesia. “Kami sama-sama terikat pada komitmen untuk menjaga pilar-pilar kebangsaan dan berjuang untuk Indonesia yang lebih maju dan beradab,” ujarnya.
Karena itu, PDIP mengajak semua pihak, termasuk partai politik, untuk menjaga dan merawat demokrasi Indonesia. “Kami berharap pihak lain juga menghormati sikap kami dan etika demokrasi,” harapnya.
Sementara itu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendoakan agar Partai Demokrat kembali sehat dan bisa berkompetisi dengan baik menjelang Pemilu 2024. “Kompetisi partai yang sehat akan melahirkan kebaikan buat negeri. Kalau partainya sakit, kompetisinya ya sakit,” ujar Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera.
Anggota Komisi II DPR itu mengapresiasi sikap Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang berani membuka kasus yang terjadi di partainya kepada publik. “Karena ini bisa jadi aib internal. Bisa juga sesuatu yang tidak layak dibuka keluar. Tapi dengan Mas AHY buka nih, buat saya ini sehat sekali,” katanya.
Apa yang dilakukan AHY, lanjut Mardani, bisa menjadi pelajaran bagi publik untuk bersama-sama menjaga kemandirian partai politik. Jangan sampai, ada kooptasi atau upaya pihak eksternal untuk menguasai parpol.
Pria kelahiran Jakarta ini menceritakan tentang goyangan politik di sebuah parpol. Di PKS, katanya, pernah terjadi konflik internal dan berujung keluarnya Anis Matta yang saat ini menjadi Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora).
Bedanya, kata Mardani, polemik di PKS murni kedewasaan di internal politik. “Ustaz Anis Matta itu memang punya persepsi dan pemikiran yang berbeda. Itu sah-sah saja. Tapi kalau dari luar, Alhamdulillah tidak ada,” katanya.
Penggagas gerakan #2019GantiPresiden ini berbagi resep kepada Partai Demokrat agar bisa bangkit dan menang dari goyangan politik. Disebutkan Mardani, agar sebuah partai menjadi kuat dan tidak terpecah adalah soliditas para kader.
“Di parpol memang pertarungan kekuasaan akan terus terjadi. Karena itu, kata kuncinya kaderisasi. Partai-partai yang bisa melakukan kaderisasi yang baik, biasanya kokoh,” sarannya. [BSH/REN]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .